: Sebuah catatan dari penutupan Radio Singapura Internasional.
31 July 2008 menjadi satu lagi tanggal bersejarah di dunia radio siaran internasional. Malam itu kami para penyiar Radio Singapura Internasional (RSI) dari siaran Bahasa Cina, Inggris, Melayu dan Indonesia berkumpul di studio masing-masing. Satu persatu kami mengucapkan kata-kata perpisahan untuk para pendengar setia yang kebanyakan sudah menjadi seperti teman dekat. Isak tertahan mewarnai setiap ucapan di menit-menit terakhir, dan akhirnya meledak menjadi tangisan ketika tombol“ON AIR” dilepas tepat pukul 10 malam waktu Singapura. Ada rasa sedih mendalam ketika saya yang saat itu bertugas di belakang perangkat siaran melepas tombol merah tersebut untuk terakhir kalinya.
Apa boleh buat, setelah 14 tahun menyambangi pendengarnya di berbagai penjuru dunia, Radio Singapura Internasional akhirnya menghembuskan nafas terakhir, menyusul ‘saudara-saudaranya’ yang sudah mangkat lebih dulu, seperti Swiss International Radio, Slovak Radio, Finnish Public Broadcasting di Finlandia, Deutsche Welle yang menutup siaran Bahasa Jermannya untuk Amerika dan Kanada, bahkan jawara radio dunia sekelasBBC pun sudah perlahan mematikan beberapa siaran internasionalnya, seperti Siaran Bahasa Melayu, lalu transmisi mereka ke Amerika Utara dan kabarnya awal tahun ini juga telah mematikan pemancar untuk wilayah Eropa.
Dalam rilis singkat yang disebarkan kepada media sekitar dua bulan sebelumnya antara lain disebutkan bahwa RSI ditujukan untuk menjangkau pendengar di kawasan serantau serta sekaligus membantu warga Singapura di luar negeri untuk bisa terus mengikuti perkembangan di kampung halaman mereka. Namun, masih menurut rilis media tersebut, seiring dengan efektifitas radio gelombang pendek (Shortwave, SW) yang semakin lama semakin berkurang, ditambah pula dengan perkembangan pesat teknologi serta perubahan pola konsumsi media, maka keputusan mengakhiri transmisi ini pun harus diambil. Sedih rasanya…
0 komentar:
Posting Komentar