Pages

Minggu, 18 Desember 2011

radio di dunia pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Posisi pendidikan pada saat ini bukan sebagai pelengkap dalam kehidupan, melainkan sudah menjadi kebutuhan pokok. Artinya, dalam kehidupan berkeluarga pendidikan menjadi fokus dan prioritas utama dalam keluarga. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian akan terbentuk manusia yang mampu bersaing dalam dunia global saat ini yang memiliki kualitas serta intelegensi yang baik tentu pula tidak terlepas dari moral dan tingkah laku yang baik pula.
Menghadapi persaingan yang terbuka saat ini, tentunya semua orang ingin serba cepat dan praktis. Sehingga saat ini yang dipikirkan hanyalah hasil yang didapatkan bukan menikmati proses yang dikerjakan. Apalagi seperti masyarakat bangsa kita yang memilii etos kerja sangat rendah. Sampai timbul lelucon seperti ini : “Apa bedanya orang Jepang dan orang Indonesia?” jawabnya : “orang Jepang bekerja dengan keringat lalu istirahat (makan) dengan santai. Sedangkan  orang Indonesia bekerja dengan santai dan istirahat (makan) sampai berkeringat. Tentunya lelucon diatas bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan bangsa sendiri, melainkan sebagai pemicu semangat agar nantinya akan muncul orang-orang Indonesia yang mampu berbicara dimata dunia.
Karena hal tersebutlah budaya instan dari luar mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Sekarang segala sesuatu mudah di dapatkan secara mudah, praktis, dan cepat. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet, dan masih banyak yang lainnya. Kemajuan teknologi tentunya menuai banyak manfaat dalam kehidupan kita. Tetapi, ada satu hal yang harus dihindari dengan adanya kemajuan ini, yaitu etos kerja dan semangat yang rendah. Karena segala sesuatu dapat dikerjakan secara cepat dan praktis.
Dari sekian banyak kemajuan teknologi yang ada, dunia pendidikan ikut terkena dampaknya. Sekarang kita perhatikan, anak-anak kecil yang seharusnya menikmati hari-harinya dengan bermain dan belajar sekarang terlihat duduk manis di depan sebuah kotak yang ajaib yang kita sebut televisi. Kotak tersebut telah menyihir anak-anak dengan tayangan yang tidak mendidik dan berkualitas. Selain itu, kemajuan dunia maya (internet) juga merubah sifat dan tingkah laku anak-anak. Sekarang tak dapat dipungkiri lagi, internet telah menyebar disetiap pelosok daerah. Memang, internet dibuat agar informasi dapat menyebar dengan cepat. Tetapi perlu diingat tanpa adanya pengawasan dan perhatian orang tua, anak-anak dengan mudah mengakses situs yang seharusnya bukan untuk seusia mereka.
Kemudian muncul pertanyaan di dalam diri kita. “Jika media yang memiliki teknologi canggih ada dampak buruknya bagi anak, dengan media apa yang bisa kita gunakan?”. Sebuah pertanyaan klasik yang tentunya ada dalam pikiran setiap orang. Pertanyaan kuno yang mungkin disepelekan oleh mereka yang tidak peduli dengan pendidikan. Hanya satu jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu radio.
Memang terlihat kuno, ketinggalan zaman, atau sebagainya begitu orang mendengar kata radio. Media yang sekarang mulai tertindas perannya dengan teknologi-teknologi terbaru. Media yang telah dilupakan perannya ketika manusia masih pada peradaban terdahulu. Bahkan sekarang hampir dipastikan tidak semua rumah memiliki radio. Sebuah kenyataan yang dilematis yang tentunya tidak kita inginkan, Namun begitulah adanya, orang telah melupakan peran dan fungsi dari radio.
Perlu diingat, sejak PD II, radio telah menunjukkan kekuatannya sebagai media pendidikan dalam arti luas, dan media komunikasi politik, termasuk pendidikan politik. Fungsi pokok media komunikasi massa termasuk radio yaitu meliputi pengamatan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment). Bagi masyarakat fungsi pokok radio sebagai sumber informasi, kemudian fungsi kedua, pengembangan konsensus. Konsensus terkait dengan sosialisasi atau fungsi pendidikan dalam arti luas. (M.Alwi Dahlan dalam situshttp://www.pustekkom.go.id/teknodik/)
Sekarang mari kita buka lagi pikiran kita mengenai pemanfaatan radio dalam pendidikan. Namun sebelumnya kita ulas kembali apa itu radio. Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.
Sedangkan menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Dengan adanya radio, seluruh informasi dapat disebarluaskan dalam waktu yang singkat, bahkan sampai dengan daerah yang belum terjangkau sekalipun oleh media lainnya. Jika kita melihat geografis bangsa ini, sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di desa, tetapi akses informasi dikuasai oleh masyarakat kota. Selain itu dari 5,5 juta oplah surat kabar yang terbit di Indonesia, 60% beredar di Jakarta; dan dari 40% (sekitar 2,2 juta) yang beredar di luar Jakarta, 70% beredar di kota, sedangkan untuk desa seluruh Indonesia hanya 660.000 examplar. Jika desa di Indonesia ada 63.000, berarti rata-rata tiap desa hanya mendapat jatah 10,4 examplar surat kabar. (A, Darmanto, 2008. Produksi Program Audio).
Lalu apakah cukup 10 examplar untuk dibaca oleh masyarakat satu desa? Apakah mungkin berita yang disampaikan langsung dimengerti oleh masyarakat? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka jawabnya hanya satu yaitu media yang tepat untuk  daerah seperti itu tidak lain radio. Radio memang fenomenal bagi masyarakat desa. Apalagi untuk desa yang belum tersentuh sama sekali dengan kehidupan modern dan belum teraliri oleh listrik.

0 komentar:

Posting Komentar